
Saya dan teman-teman biasanya main di belakang di tumpukan besi-besi bekas rangka mobil. Karena Babah bandar besi bekas dan rongsokan mobil, bahkan kapal. Main petak umpet dan galasin sepulang mengaji dalah rutinitas tiap hari. Yang jadi ingatan saya, saat itu banyak sekali balon-balon dibelakanng rumah babah. Dan, kami mencucinya untuk dijadikan balon beneran. Naif banget ya? Anak seusia saya memainkan balon berputing, yang ternyata setelah dewasa baru saya tahu kalau itu kondom...... !!!! Naif...!!!
Cerita di atas cuma flashback aja, yang mau saya sampaikan betapa mudahnya kini kondom diperoleh jika ada satu organisasi yang menginginkan balon berputing itu dijual secara bebas dan mudah. Maksudnya hanya untuk mengurangi penderita AIDS akibat virus HIV. Sewbagai orang awam, saya hanya tidak habis pikir kenapa mempermudah mendapatkan benda itu yang dijadikan soslusi. Kalau dijual secara terbatas, why not? Tapi kalau dijual secara bebas? Naujubilklah mindzalik? Saya rasa bukan itu solusi yang tepat.....
Saya sangat setuju kalau pembinaan moral terutama tentang seks, dimulai dari keluarga. Allah saja sudah mengingatkan kita untuk tidak mendekati zina dan barang yang memabukkan. Hal itu juga yang sudah diprediksi, bahwa dengan seringnya berzina akan memunculkan suatu penyakit yang luar biasa dahsyatnya dan belum diteukan obat penawarnya. Seharusnya, kita sadari hal itu.....
Seperti disinyalir oleh Mer-C bahwa virus HIV lebih kecil dari pada pori-pori balon berputing (Republika, 15 Desember 2008). Ukuran pori-pori balon berputing sebesar 1/60 mikron sedangkan ukuran virus HIV 1/250 mikron. Jadi penggunaan balon berputing tidak efektif untuk pencegahan penularan virus HIV. Balon berputing hanya cocok sebagai alat kontrasepsi.
No comments:
Post a Comment