Monday, August 11, 2008

Menjaga Lidah

Entah mengapa rasanya mulut ini mudah sekali berkomentar. Apa yang dilihat, didengar, dirasa, rasa-rasanya amat menggelitik, sehingga dengan disadari atau tidak, terlontar kata kata yang begitu mungil dan ringan diucapkan tapi begitu besar dan berat dampak dunia akheratnya.

Bahkan celetukan spontan selain bisa memperlihatkan kualitas kepribadian kita juga bisa menentukan nasib baik kita atau sebaliknya.

Kalau tak berhati-hati, komentar kita bisa melukai hati orang lain, karena yang bersangkutan bisa merasa dihina atau dipermalukan atau merasa diejek, (walau kita tak bermaksud buruk) namun begitulah, celoteh iseng kadang bagai pisau yang mengiris, menyakiti dan membuat luka, tentu seperti yang kita tahu sakit hati akan menimbulkan benih kebencian, benci menggiring kepada dengki dan permusuhan, memiliki musuh berarti mempersempit kehidupan kita serta memersiapkan ranjau yang akan mencelakakan diri.

Komentar juga bisa menandakan kufur nikmat, yang bisa menghapus nikmat yang ada dan menutup pintu pemberian Alloh lainnya yaitu ketika lontaran kata spontan hanya berupa keluh kesah, kekecewaan, cemoohan terhadap keadaan, atau menggerutu penuh kekesalan, padahal semua nikmat dari Alloh tak ada yang mengecewakan, jikalau disyukuri niscaya akan sangat terasa kenikmatannya dan tentu akan mengundang perbagai karunia lainya sesuai dengan janji-Nya.

Komentar juga akan memperlihatkan kebodohan kita, yaitu ketika kita gemar mengomentari segala hal agar kita nampak serba tahu dan dianggap pintar, padahal jelas sekali orang yang pandai akan sangat berhati-hatidalam ucapannya, lebih banyak diamnya dan tak sungkan untuk mengakuiketidak tahuannya, serta tak malu dianggap bodoh, sebetulnya hanyaorang yang bodoh sungguhan yang sok pintar dan sok tahu.

Dan berkomentar spontan yang mengerikan adalah ketika, ucapannya penuh dengan riya, takabur, ujub, penyakit hati yang membinasakan, komentar yang sering menceritakan amalnya sendiri dengan tujuan dipuji, pamer jasa dan kebaikan, berarti efektif akan menghanguskan pahala yang dikumpulkannya.

Komentar yang selalu merendahkan orang lain, plus mencemooh orang yang menasehati serta menolak orang yang mengkritik akan termasuk ke dalam komentar ciri orang yang sombong alias takabbur, seperti fir'aun, abu jahal, abu lahab, yaitu kelompok orang yang terhina dan terkutuk justru karena kesombongannya. Juga ujub yaitu komentar takjub kepada diri sendiri yang membuat diri ingin tampak paling super dalam segala hal, akan menunjukan dengan meyakinkan bahwa memang dirinya paling kurang dalam hal apapun,

Oleh karena itu, menahan diri untuk tidak mudah berkomentar adalah pintu keselamatan. Komentar dari hasil perenungan yang dalam, pengamatan yang seksama, berpikir yang jernih, kehati-hatian serta ketulusan niat yang mengiringi kesungguhan untuk membawa manfaat dari setiap kata yang terucap, ditambah rasa takut kepada Alloh yang Maha Mendengar dan yang akan menuntut pertanggungjawaban dari setiap kalimat, akan menjadikan komentar kita menjadi mutiara yang indah dan berharga, tidak hanya bagi yang berucap namun juga bagi yang menyimak, tak pula hanya untuk dunia namun bisa pula menjadi bekal pulang diakherat kelak. Insya-Allah.

sebuah tulisan teman yang sempat menyinggung hati : Haris Satriawan

No comments: