Thursday, November 06, 2008

Cadangan Devisa Anjlok


Jakarta - Cadangan devisa Indonesia turun tajam hingga titik terendah sepanjang 2008 yakni hanya US$ 50,580 miliar. Meski turun tajam, namun Bank Indonesia menilai kondisi cadangan devisa Indonesia belum terlalu mengkhawatirkan.

Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwono yang ditemui di Gedung Depkeu, Jakarta, Kamis (6/11/2008). Hartadi ditanya mengenai seputar penurunan cadangan devisa RI hampir Rp 71 triliun hanya dalam kurun sebulan.

"Tidak (mengkhawatirkan), karena kalau kami perhatikan situasi ini akan sampai pada equilibrium baru. Ini akan menyebabkan juga karena pertumbuhan ekonomi dunia turun, komoditas ekspor turun, maka akan terjadi penyesuaian di ekspor dan impor," jelasnya.

Mengenai penurunan cadangan devisa RI, Hartadi menjelaskan bahwa kondisi ini juga terjadi di sejumlah negara lain akibat adanya kontraksi besar dolar AS. Cadangan devisa RI itu kini setara dengan 4 bulan impor.

"Dan kebetulan utang-utang jatuh tempo biasanya jatuh di bulan-bulan ini sampai dengan kuartal empat sehingga kita juga perlu membantu masyarakat," jelas Hartadi.

"Kedua, adalah GWM (Giro Wajib Minimum) valas kan kita turunkan sehingga kemudian sebagian valas bank-bank yang ada di BI kita kelyarkan. Penurunan-penurunan seperti itu yang telah terjadi," imbuh Hartadi lagi.

Seperti diketahui, BI pada Oktober lalu mengeluarkan aturan GWM valas baru. Rasio GWM valuta asing untuk bank umum konvensional dan syariah diturunkan dari 3,0% menjadi 1,0%.

Masalah tersebut masih ditambah dengan turunnya pemasukan dari ekspor akibat turunnya harga minyak mentah dunia.

"Sehingga memang dalam satu bulan terakhir ini kelihatan terjadi penurunan yang cukup besar dibanding bulan-bulan sebelumnya. Dan ini tidak terjadi di Indonesia saja tapi hampir di seluruh regional," katanya lagi.

Hartadi mengakui bahwa Indonesia mengalami penurunan cadangan devisa terbesar setelah Korea. Seperti dikutip dari Reuters, juga mencatat penurunan cadangan devisa terbesar sejak krisis moneter 11 tahun silam. Cadangan devisa Korsel per akhir Oktober tercatat turun hingga US$ 27,4 miliar menjadi US$ 212,25 miliar.

"Iya kalau lihat besarnya. Sekarang kita lihat misalnya, kita sadari banyak yang sudah keluar, baik dari SBI kan cukup besar dalam bulan-bulan terakhir. itu kan juga mengurangi cadangan devisa," tambahnya.

Namun menurut Hartadi, penurunan yang lebih tajam dari cadangan devisa akibat keluarnya dana-dana tak perlu lagi dikhawatirkan. Menurutnya, cadangan devisa kini sudah mencapai titik keseimbangan baru.

"Cadangan devisa walaupun turun, amunisi untuk outflow jadi tidak besar sekali. Apa yang mau keluar sekarang, kan semua sudah keluar?" tegas Hartadi.(qom/ir/www.detikfinance.com)

No comments: