Friday, June 13, 2008

Diving

Deburan pantai yang teramat indah untuk disia-siakan. Kuberlari menelusuri bibirnya yang seksi dan indah, Mahakarya Sang Pencipta. Terus kuberlari sampai keringatku mengucur deras membasahi tubuh, menelusuri lekuknya yang juga hasil; Sang Maha Karya.

Akhirnya, aku tergoda untuk menyelami kedalamannya. Ombak yang berkejaran menuju pantai kuterjang dengan perahuku. Perahu yang belum lama kumiliki dengan jerih payah yang luar biasa bagiku.

'Jangan menyelam, berbahaya...!!! teriak seseorang yang tak kukenal. Tanpa menoleh kukayuh lebih cepat biduk ini dengan sekuat tenaga menerjang gulungan ombak berbuih.

Tanpa perlengkapan selam kuterjun dikedalaman laut yang membiru.
"Gila indah betul!", teriakku dalam hati. Terus saja kuselusuri karang-karang yang membentuk perbukitan. dihiasi dengan bunga-bunga karang yang beraneka bentuk.

Ikan-ikan yang berenang tanpa lelah, sungguh indah nian gumamku lagi dalam hati....
Mendadak didepanku muncul ikan yang tak pernah kutemui sebelumnya. Aku jadi ingat aktris cantik, idolaku, Salma Hayek dan penyanyi cantik asal negeri jiran, Siti Nurhaliza, waduh mak, amboi cantik ......!!!teriakku smpai aku tersedak saking takjubnya. Kata orang, ia putri duyung....

Dia tersenyum manis padaku, dan mengajakku menyelam lebih dalam. Ku raih jemarinya yang lembut. dan kami menyelam bergandengan tangan. Wow.....

Semakin dalam semakin menakjuban dengan komunitas biota laut yang beragam, dan fauna yang makin aneh dan langka belum pernah kulihat....

Semakin dalam semakin aneh saja. Terus penasaran akan keindahannya aku terlena. Kedalaman membuat aku makin tidak terkendali kepenasaranku. Nafasku mulai sesak, karena sekelilingku makin gelap dan .....tiba-tiba aku sudah tidak dapat menggerakkan apapun. Ya Tuhan, aku sudah tidak bisa bergerak, sementara samar kulihat, putri duyung tersenyum girang....."sialan,...!!!" umpatku

Dari belakang serasa ada yang menghantam dan mengigitku kuat sekali. Sementara untuk menggerakkan tangan saja aku sudah tidak sanggup. Aku pasrah, saat itu ternyata ikan hiu raksasa menghantamdan mengunyahku hidup-hidup, dan aku dilempar ke arah kawanan hiu lainnya yang sedang menunggu gilaran mencabik tubuh kakuku....

Dan, gedubrak.....!!!
Aku terjatuh dari becak yang sedang kutumpangi. Becak menabarkku, sementara si tukang becak pucat pasi melihat aku tertindih becaknya.

Mas, mas nggak apa-apa?" tanya si tukang becak

"Nggak apa-apa, pak" sambil bangun, bagian pnggangku terasa pedih. Mungkin tergores besinya becak.

"Bapak lagi sakit, ya? situkang becak kembali bertanya

"Nggak juga pak, cuma aku tadi bermimpi" jawabku lirih

"Mimpi buruk apa, sampai bapak jatuh dari becak saya?" tanyanya lagi sambil duduk ditrotoar jalan disampingku.

Setelah kuceritakan dan sambil mengepulkan asap rokok yang kuhisap dalam-dalam. Pak Toyyib, begitu nama situkang becak, tersenyum. "Lho, pak Toyyib kok senyum sih?" kataku penuh tanya.

"Mas, sampeyan lagi dikasih peringatan sama gusti Allah. Mas memangnya habis bikin apa?" tanyanya penuh selidik. Pak Toyyib tukang becak bersahaja itu ternyata seorang imam masjid, pensiunan penjaga mercu suar.

"Iya, pak aku memang banyak bikin dosa. Pagi ini saja aku bukannya ngantor, malah ngamar dengan teman sekantorku.....!!! aku jadi buat pengakuan.

"Yo wis, sampeyan saya antar ke masjid saja ya...!!! ajak pak Toyyib. Aku cuma mengangguk. Entah aku bingung apa iya Allah mau menerimaku di rumahNya, sedang aku baru saja beerzina dengan Shinta, teman sekantorku.

Monday, June 09, 2008

Bahan Bakar Alternatif



Seorang ilmuwan berhasil menemukan Alternatif bahan bakar. Pada suatu konferensi pers, ilmuan tersebut ditanyai oleh wartawan.

“Seandainya produk yang diciptakan oleh bapak sudah banyak dipakai oleh para pengguna kendaraan, apa yang akan bapak lakukan selanjutnya?

“Menaikkan harga bahan bakar ini”

Sent by: Edi Gunarto on Dec 28th, 2005 ketawa.com

Matikan Televisi Anda Sekarang Juga!!!Penting


Televisi menjadi sekolah kedua bagi anak. Sekolah yang berbahaya.
Laksana tamu tak diundang. Siaran televisi datang dan membikin
si buyung atau si upik lekas matang. Ibarat buah mangga yang
dikarbit, para bocah ini dipaksa dewasa sebelum waktunya lewat
ajaran-ajaran pop khas layar kaca: Kawin cerai, selingkuh para
selebritis, atau pacaran di usia dini. Selamat datang di surga
anak-anak pedoyan televisi!

Survei termutakhir UNICEF pada 2007 silam bak dering jam weker
yang pantas membuat orangtua awas. Kata badan PBB itu, para bocah
di Indonesia terpekur rata-rata lima jam sehari di depan layar
kaca atau total jenderal 1.560 hingga 1.820 jam setahun. Angka
ini, menurut UNICEF, jauh lebih gemuk ketimbang jumlah belajar
mereka yang 1.000 jam setahun di sekolah. Maka jadilah kotak
televisi sekolah tandingan bagi anak-anak ini. Naasnya, jika
diamsalkan sekolah, maka televisi adalah sekolah yang berbahaya.
Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA) mengantongi data, hanya 30
persen acara televisi yang aman dikonsumsi anak pada 2006.

‘’Angkanya tak berubah banyak pada 2007,’’ ujar Boby Guntarto,
penggagas Hari Tanpa Televisi dari YPMA, yang siap merilis angka
termutakhir bulan depan.

Disebut sekolah berbahaya lantaran, ya itu tadi, kotak televisi
sesungguhnya dijubeli materi-materi khusus untuk orang dewasa.
Tayangan infotainment menggeruduk di pagi hari tatkala anak
tengah sarapan. Tayangan sinetron tumpah ruah di layar kaca bak
air bah dari sore hingga menjelang tidur.

Walhasil, kata B Guntarto,’’Bocah-bocah zaman sekarang sudah
terbiasa dengan istilah kawin, cerai, atau selingkuh,’’ tutur
dia.
‘’Kata-kata atau perilaku ini semestinya konsumsi orang dewasa.’’

Maka, alangkah malangnya anak-anak (zaman sekarang) ini, kata
psikolog pendidikan dari Lembaga Pendidikan Optima Solo, Niken
Iriani. Keceriaan dan kepolosannya mereka—disadari atau tidak
berpeluang terbang akibat masuknya persoalan orang-orang dewasa
ke dalam otak mereka. Lewat televisi.

Dan, bukannya musykil ‘peluru’ layar kaca ini kelak membetikkan
gangguan psikologis dalam diri sang bocah. Gejala emosional itu
muncul dan membentang di antara dua titik bandul: Dari peniruan
tindak kekerasan hingga—yang kurang ekstrem—pertanyaan-pertanyaan
di luar dugaan.

‘’Pak, bercumbu itu apa?’’ tutur Syifa Kamila, bocah usia 5 tahun,
kepada sang ayah, Muhamad Julianto (32) warga Puri Cipageran,
kota Cimahi, Jawa Barat. Yang ditanya kontan terperanjat tetapi
kemudian tersenyum kecut dan bergumam dalam batin :
Pasti gara-gara televisi!

Usai mengumpat, Julianto sekaligus bertanya: Apa gerangan yang
membikin acara televisi bagaikan tumpukan sampah penebar racun
bagi anak-anak? ‘’Kayak limbah B3 aja,’’ seloroh karyawan bank
swasta itu.

Dewa itu bernama rating.

Ia yang memberi kata putus: Program televisi apa yang mesti
diproduksi, diabaikan, bahkan dilenyapkan sama sekali dari layar
kaca. Dirilis oleh AGB-Nielsen Media Research, rating menunjukkan
seberapa besar penonton sebuah tayangan televisi. Kian tinggi
rating, kian besar peluang program tersebut kebagian kue iklan
yang nilainya ratusan juta hingga miliaran rupiah itu.
Rating pun mulai menebar sihirnya. Program stasiun televisi yang
ditabalkan AGB-Nielsen memiliki rating tinggi, mulai ditiru
stasiun televisi lainnya. Terjadi duplikasi di sana sini.
Inilah mengapa pelbagai tayangan yang tampak serupa tumplek
di banyak stasiun televisi nasional—yang jumlahnya ada 11 saat
ini. Padahal, dan celakanya,’’Program dengan rating tinggi belum
tentu berkualitas,’’ ujar Agus Sudibyo, deputi direktur Yayasan
Seni Estetika dan Teknologi (SET). Hal itu dikukuhkan oleh hasil
riset yang dihelat yayasan SET bekerjasama dengan 16 lembaga
sepanjang Maret hingga April 2008 lalu. Hasil riset diungkap
Rabu pekan lalu (28/5) di Jakarta.

Riset, ujar Agus, dilakukan dengan metode Peer Review Assessment,
di mana sekelompok orang (220 orang) dengan kapasitas pengetahuan
memadai memberi penilaian kualitatif terhadap 15 acara berating
tinggi versi AGB-Nielsen. Hasilnya? Sebagian besar acara
berating tinggi justru berkualitas ‘jongkok’.

Acara-acara ini dinilai tidak memberi model perilaku yang baik,
bertabur kekerasan dan pornografi, tidak meningkatkan empati
sosial, dan tidak ramah anak. (lihat boks). Padahal acara-acara
‘sampah’ ini bertaburan dan kian mensesaki layar kaca—atas nama
rating dan demi misi memburu iklan. Inilah jawaban atas
pertanyaan Julianto: Mengapa acara televisi kayak limbah B3?

Tak keliru bahwa televisi telah memberi pemeringkatan usia.
Misalnya ‘D’ untuk tayangan konsumsi dewasa, ‘SU’ untuk semua
umur, dan ‘BO’ untuk bimbingan orang tua. Tapi bagi Santi Indra
Astuti, aktivis Media Literarcy Bandung, pembatas ini bagaikan
pagar ilalang yang mudah diterobos anak-anak. Santi tak percaya
itu. Sementara televisi adalah teror subtil yang perlu ditangani
serius.

Kotak elektronik ini jelas menyumbang saham besar bagi
pendangkalan norma-norma di masyarakat. Tren pemakaian rok mini
di kalangan remaja, misalnya, muncul setelah diabsahkan lewat
media elektronik. Televisi juga berperan dalam mengikis kepekaan
masyarakat terhadap banyak hal.

“Dahulu anak-anak takut melihat darah. Lantaran sering melihat di
televisi lantas menjadi biasa, bahkan menjadi hiburan tersendiri,”
tutur ibu dua anak ini.

Di layar kaca, lanjut dia, kehidupan seringkali digambarkan penuh
konflik. Sekolah adalah tempat menakutkan. Guru digambarkan aneh.
Siswa kutu buku dianggap orang aneh. Penggambaran semacam ini
berpengaruh kepada pandangan anak-anak terhadap sekolah.
''Anak menjadi sulit membedakan realitas simbolik dan real,”
ungkapnya.

Salah satu jalan keluar adalah membuat anak menjadi lebih kritis
terhadap tayangan yang dikonsumsi. Caranya, ujar Santi, adalah
dengan membuka ruang diskusi dengan anak saat menonton. Atau:
Matikan televisi Anda!

Agen Perubahan yang Mesti Berubah

Agent of change atau agen perubahan adalah predikat yang kerap
ditabalkan kepada media massa, termasuk kotak televisi. Sebelum
berharap terlampau jauh, bertanyalah: Bagaimana sih kualitas
tayangan televisi di negeri ini, secara umum? Para responden
ini tak memberi acungan jempol. Sebagian besar memberi nilai
‘biasa saja’ untuk program-program acara yang berseliweran di
kotak televisi—sang agen perubahan itu Apa televisi menambah
pengetahuan? Biasa saja. Apa meningkatkan empati sosial? Biasa
saja. Apa meningkatkan daya kritis? Biasa saja. Apa memberi
informasi untuk pengawasan? Biasa saja. Apa memberi model
perilaku yang baik? Biasa saja.

Penilaian Kualitas Program Acara Televisi Secara Umum
0,5 persen : sangat baik
27,2 persen : baik
41,9 persen : biasa saja
24,6 persen : buruk
4,2 persen : sangat buruk
1,6 persen : tidak tahu

Hiburan Berbahaya Acara

Hiburan adalah tayangan yang paling digandrungi anak-anak dan
dinilai paling aman dinikmati si buyung dan si upik. Tetapi
riset yang digelar oleh yayasan SET mengungkap paradoks.
(lihat angka)

80,1 persen responden menyatakan bahwa tayangan hiburan di
televisi justru tidak ramah anak alias berbahaya jika ditonton
oleh anak-anak.

68,6 persen responden menyatakan tayangan hiburan di televisi
buruk dan sangat buruk dalam memberi model perilaku yang baik
kepada pemirsanya.

50,8 persen responden menyatakan bahwa program hiburan di
televisi amat buruk/buruk dalam meningkatkan empati sosial,
yakni memberi kesadaran untuk peduli terhadap orang lain.

70,7 persen responden menyebut program hiburan di televisi
menunjukkan kualitas buruk dalam mengangkat tema yang relevan
dalam kehidupan masyarakat.
(mg13/mg14/mg20/vie/nri/imy )
Republika Online: Minggu, 08 Juni 2008

Friday, June 06, 2008

Become Inspiring Teacher


Pagi ini sambil menunggu anak-anak selesai mengerjakan sumatif test, kucoba mengingat kembali wajah orang-orang yang pernah "nyangkut" di hati. Pertama, wajah itu selalu membayang tapi sampai detik ini aku benar-benar lupa namanya. Rumahnya dipinggir kali sunter, plumpang seorang guru agama, rumahnya sangat sederhana, tapi tak pernah ku lupa bahwa dia benar telah mengisi ruang hati saat aku masih berumur 8-9 tahunan, perawakannya gemuk dan berjilbab, lembut bicaranya. Entah setan apa aku sampai lupa namanya....!!!

Kedua, Bu Titiek, guruku di kelas 5 SD meski masih gadis waktu itu, ia seperti sudah sangat berpengalaman, lembut mungkin karena orang jawa, aku tak pernah merasa risi meski ia beragama kristen. Salah seorang guru yang kukagumi. Ketiga, Bu Sri, keras, tegas dan galak. Tapi kusuka, karena ia disiplin dan konsekuen. Guruku di kelas 6, dan aku selalu main ke rumahnya untuk belajar sampai aku SMA masih sering main ke rumahnya. Waktu aku kuliah jarang sekali kecuali Hari Raya Fitri. Akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi. Dulu, ketika masih kuliah janjian sama Nartoyo dan Purwanto untuk ketemuan dan main kerumah Bu Sri. alah seorang guru yang memberiku banyak inspirasi. Kini ia kepala sekolah di sebuah SD kata adikku yang kebetulan teman anaknya.


Keempat, Mr. Paul, guru bahasa Inggris, seorang pendeta orang timor leste, pandai membaca qur'an.. Super galak, tegas dan sering main tangan kalau anak muridnya nggak bisa jawab pertanyaannya. Pernah suatu hari, aku telat karena kesiangan dan jarak rumah ke sekolah lumayan jauh sekitar 7-8 kilo, aku jalan kaki karena uang sakunya buat jajan, kalau naik bemo pasti aku nggak bakalan jajan. Oya, SMP 95 itu dekat stasiun Priok. Karena telat, jam pertama Mr. Paul nggak gitu takut, karena ia tahu aku jalan dari rumah dan sesampai di sekolah langsung duduk, Mr. Paul cuma mengangguk. Ternyata Mr. Paul lebih Islami dari yang kukira. Yang aku tahu nabi mengajarkan kalau seseorang masuk majelis sementara ia terlambat tidak perlu lagi mengucapkan salam, apalagi salam yang dibuat-buat biar kelihatan berwibawa gitu. Mr. Paul melarang muridnya untuk mengucapkan selamat siang/pagi, atau mengetuk pintu saat telat. Nah, ini dia yang bikin aku nggak bakalan lupa sampai sekarang..... Ia menamparku dua kali bolak-balik saat selmua teman-temanku nggak ada yang bisa jawab, tinggal aku yang belum.....akhirnya karena grogi padahal aku tahu jawabannya, salah ucap. Kena deh digampar sampai melintir....Aku nggak dendam sama dia malah aku jadi tambah bisa berbahasa inggris karena dia.....Aku merasa tidak sakit waktu ia tampar, karena ia tahu cara menampar murid dan tidak dengan amarah. Salah satu guru yang menginspirasiku.....eh ternyata dia juga menyukaiku ....... sebagai guru yang super galak ternyata Mr. Paul juga penuh perhatian dan peduli, karena aku nggak sanggup bayar les aku digratisin....

Kelima, Bu swesti guru bahasa Indonesia yang lembut dan penuh perhatian. halus budinya santun tutur katanya dengan anak yang paling bandel sekalipun. Orangnya sulit sekali untuk marah...luar biasa.....!!! Seorang guru yang juga memberiku inspirasi.....

Keenam, Bang Garang.....seorang guru tata negara sekarang sebutannya PKn. Orang batak, kalo ngomong lugas, apa adanya, galak pasti, tapi gaul...suka naik gunung bareng anak-anak...kalau nggak hafal UUD 45 pasti kena jepret karet gelang.....kritis terhadap pendidikan, rambut gondrong. Mantam aktifis 66, kini sudah meninggal semoga amal baiknya diterima Allah SWT. Muslim yang taat. Seorang lagi guru yang memberiku inspirasi soal kekritisan dan kedekatannya dengan murid.....

Terakhir, Ust. Syaifuddin almarhum. Seorang guru yang memberikan contoh soal keistiqomahan. Keras daya juangnya dan teguh prinsipnya. Mantan lasykar DI/TII yang penuh dedikasi. Semoga Allah menerima segala amal baiknya, dalam membela Islam saat perjuangan kemerdekaan maupun saat Orde Baru. Satu lagi guru yang memberiku inspirasiku.....

Kini aku juga guru. Bisakah aku seperti mereka? Pertanyaan yang belum bisa aku jawab sampai sekarang. Karena masih mencari formulasi yang tepat buat aku.......

Wednesday, June 04, 2008

Dinasti Ming, Membangun Khilafah Islam di Cina


Kagum dengan Christopher Colombus yang berhasil menemukan benua Amerika pada tahun 1492? Atau Vasco da Gama yang berlhasil melakukan pelayaran dari Portugis ke India pada tahun 1497? Saya juga kagum dengan mereka, tapi lebih kagum lagi dengan tokoh yang satu ini: Laksamana Cheng Ho (Zheng He).

Selama hidupnya, Cheng Ho melakukan petualangan antar benua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405-1433). Tak kurang dari 30 negara di Asia, Timur Tengah, dan Afrika pernah disinggahinya. Wah... hebat sekali. Pelayarannya bahkan lebih awal 87 tahun dibandingkan Columbus.


Laksamana Cheng Ho hidup pada masa Dinasti Ming di China. Dinasti Ming adalah masa kekuasaan Islam di China. Ternyata Islam pernah berkuasa di China ya? Makanya pada postingan kali ini saya tertarik untuk menulis tentang Dinasti Ming di Cina, lain kali kita cerita tentang laksamana Cheng Ho ya...

Dinasti Ming muncul setelah masa kekuasaan Dinasti Yuan (Mongol), dimana pada akhir kekuasaannya Dinasti Yuan sedang digegoroti oleh krisis moneter berkepanjangan. Pengelolaan uang kertas yang sembarangan membuat nilai mata uang itu turun. Kepercayaan mata uang kertas yang diberi nama yuan (sesuai dengan nama dinasti yang berkuasa) pun hilang. Selain itu Kaisar Mongol juga harus membiayai pembangunan kanal dari utara ke selatan, menghubungkan Sungai Huang Ho dan Yang Tse Kiang. Keadaan ekonomipun dengan cepat berubah menjadi kacau. Kesejahteraan rakyat terpuruk sehingga pemberontakan rakyatpun tidak bisa dibendung. Kekuatan pemberontak terhimpun dari kalangan pekerja yang membangun kanal. Mereka dipimpin oleh seorang pemuda Muslim bernama Chu Yuan Chang.

Chu adalah menantu dari seorang jenderal muslim bernama Kok Tze Hin. Panglima Kok Tze Hin menyerahkan pasukan yang berada di bawah perintahnya kepada Chu Yuan Chang. Pasukan ini berasal dari wilayah sekitar Yang Tse Kiang. Kemudian para pemuda Han pun ikut bergabung.

Dengan strategi yang disusun oleh Panglima Chu Yuan Chang dan bantuan yang diberikan oleh isterinya, Putri Peony yang muslimah, akhirnya mereka berhasil merebut kota Nanking yang berada di daerah selatan sungai Yang Tze Kiang. Pasukan rakyat saat itu juga berhasil menyerbu ke utara dan berhasil merebut kota Peking, ibukota Khanbalik.

Chu Yuan Chang akhirnya mengumumkan pembentukan pemerintahan Dinasti Ming. Chu mengambil nama Ming dengan pertimbagan dia ingin nama dinastinya bermakna sama dengan gelar Madinah. Ming berarti Al Munawarah yang berarti gilang gemilang. Panglima Chu Yuan Chang muncul sebagai kaisar pertama dari Dinasti Ming (1368-1644 M). Dia dipanggil dengan Kaisar Hung Wu, tetapi sejarah lebih mengenalnya sebagai Kaisar Chu Yuan Chang dan isterinya dipanggil Ratu Ma (Ratu Muhammad). (dari berbagai sumber)
sumber: http://fajriay.blogspot.com/2007/10/kagum-dengan-christopher-clombus-yang.html

Tuesday, June 03, 2008

Semua Karena Cinta


Kasus bentrokan massa FPI dengan massa kebebasan berkeyakinan medio Ahad, 1 Juni 2008, bertepatan dengan "bentrokan" aduhai antara Tatoek dengan Syafullah di Masjid Dikmenti DKI (apa hubungannya ya?). Adalah contoh dari sekian banyak kasus yang membenturkan lapisan paling rentan, rakyat.

Indonesia akhir-akhir ini memang lagi ramai meriah. Mulai dari keriuhan demontrasi anti kenaikan BBM sampai kepada bantah-bantahan soal janji presiden, dibumbui oleh "kesesatan" aliran Ahmadiyah yang sampai sekarang SKB-nya belum juga diputuskan. Hampir seantero nusantara bergejolak karena kenaikan harga BBM oleh pemerintah. Efek domino dari kenaikan BBM adalah hampir seluruh elemen barang kebutuhan pokok terutama, selain pupuk, air dan lainnya jadi ikutan naik.Persoalan yang mengemuka tersebut bukan saja menimbulkan polemik ekonomi baru tetapi polemik sosial yang bersimpulan satu sama lain. Tali simpul yang sudah ruwet itu kembali bertambah kusut dengan tumpang tindihnya persoalan lain yang mendompleng.

Tak perlu lagi lah dipusingkan karena hidup ini sendiri sudah memusingkan. Semua persoalan yang tumbuh dan berkembang menjadi tidak karuan karena ditimbulkan oleh kecintaan kita pada dunia. Semua karena cinta kita yang bisa jadi sangat subyektif. Pemerintah memutuskan menaikkan BBM karena menkhawatirkan kondisi anggaran yang sangat terbebani. Bukankah rasa khawatir bagian dari tanda cinta? Rakyat yang berdemo diwakili sebagian besar oleh mahasiswa, juga karena cintanya pada tanah air dan rakyat! Tentu pandangan dari sisi mahasiswa, meskipun kadangkala anarkisnya berlebihan. Massa Kebebbasan berkeyakinan dengan motornya Gus Dur dan kawan-kawan juga karena cintanya pada kebebasan berkeyakinan dan berkehendak. Pun massa FPI yang terkenal militansinya, berbuat seperti yang kita lihat ditelevisi yang tidak rela melihat Islam dihina dan dicampur aduk, di-mix dengan "ijtihad"nya nabi mereka. Bukankah ketidakrelaan atas sesuatu yang ia sayangi dihina atau dilecehkan orang lain sebagai tanda cinta? Cinta yang mengandalkan subyektifitas pada akhirnya akan berlabuh pada penistaan pihak lain, apalagi cinta yang berlebihan!!!
Bukankah Allah Subhanahu Wataala tidak menyukai sikap yang berlebihan.

Gorengan Renyah Campur Plastik! Penting!



Desas-desus soal adanya jajanan gorengan berplastik mulai bergulir sejak awal Mei lalu. Temuan lapangan membuktikan jajanan gorengan berplastik ternyata bukan sekedar desas-desus. Tak sulit bagi tim TOPIK antv menemukan penjaja gorengan yang menggoreng pisang, singkong, tempe atau pun bakwan tidak saja dengan minyak goreng, tapi juga kantung plastik, sedotan atau bahkan dirijen plastik. Bahan-bahan plastik ini digoreng terlebih dahulu dengan minyak panas hingga meleleh, baru kemudian produk gorengan dimasukkan. Hasilnya... gorengan menjadi renyah lebih lama dan sangat gurih. Pedagang yang menggoreng dengan resep ini mengaku mendapat konsumen lebih banyak sejak menerapkan teknik ini.

Gorengan bisa jadi lebih laku keras karena renyah dan gurih. Tapi jangan tanya soal efeknya bagi kesehatan. Karena menurut peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr. Ani Retno, gorengan berplastik yang dikonsumsi dalam waktu lama jelas-jelas memicu penyakit kanker.

Pihak Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI mendesak pemerintah untuk bersikap lebih proaktif mengawasi dan mengambil tindakan bagi penjual gorengan berplastik yang terbukti membahayakan kesehatan publik. Sesuai undang-undang perlindungan konsumen para pedagang gorengan berplastik ini dapat diancam hukuman lima tahun penjara. Sejumlah warga yang memang gemar mengudap gorengan mengaku jadi lebih waspada untuk membeli kudapan favorit ini. Secara ekstrim warga bahkan siap berhenti makan gorengan.

Renyah dan gurih memang menjadi kunci penting larisnya gorengan. Dan mencari strategi untuk mendapatkan keuntungan lebih di masa sulit seperti sekarang, memang sah-sah saja. Namun menghalalkan segala cara – termasuk memasukkan plastik dalam gorengan – tentu bukan tindakan bijaksana. Terlebih jika penyakit dan nyawa masyarakat luas yang jadi taruhannya. www.an.tv/artikel-kesehatan-online.blogspot.com