Hari-hari belakangan ini, endonesia sedang ramai oleh pertunjukkan wayang koalisi para elit politik. Pemilu raya yang telah berlangsung hampir sebulan yang lalu memang mengundang banyak komentar miring dan pesimistis atas kejujuran hasil pemilu tersebut.
Akibatnya, hasil yang katanya menggemparkan jagat orang-orang politik tersebut sangat mencengangkan. Bagi saya, entahlah! Penting banget untuk diperhatikan adalah keberlangsungan kehidupan rakyat. Rakyat macam saya, cukuplah kesejahteraan yang jadi mimpi. Jangan lagi diganggu oleh mimpi-mimpi para elit politik untuk bertengger si singgasana, tanpa mempedulikan jeritan rakyat yang tengah dihimpit banyak penindasan dan kemiskinan. Kemiskinan yang mengarah pada kemiskinan absolut, bukan kemiskinan nisbi di atas kertas biro pusat statistik.
Panggung para KONCALIT memang tidak selebar para koncalit. KONCALIT hanya memperebutkan lahan yang luasnya tidak lebih dari 5 hektar yang berbatasan langsung dengan MONAS, Jl. Harmoni, Jl. Veteran dan Jl. Majapahit. Atau hutan yang menghasilkan ribuan Undang-undang dan para koruptor, di Jl. Gatot Subroto. Bandingkan dengan luasnya panggung para koncalit, dari ujung pulau sabang sampai ujungnya papua, merauke. Sakong luasnya lahan panggung tersebut, para koncalit 9lakon cah alit) juga tidak kebagian, karena dikendalikan oleh para KONCALIT (lakon Cah Elit).
Perilaku yang selalu haus kekuasaan tidak pantas menjadi pemimpin. Rakyat sudah cukup susah, maka diperlukan pemimpin yang berjiwa rakyat dan peduli atas nasib rakyat.
No comments:
Post a Comment