Monday, March 10, 2008

Ketika Allah Menjadi Tidak Penting Buatku

Ketika Allah menjadi tidak penting buatku,
desiran darah merayu menggoda
seperti iblis yang merayu
sungut-sungut menghela nafsu
angkara : kau adalah makhluk paling mulia,
maka lakukanlah apa kau suka,
sebab kemuliaan takkan pernah ternoda

Ketika Allah menjadi tidak penting buatku,
gelombang kerakusan menggelora
iblispun berselancar diatas papan rayuan
membelai : Duh, makhluk kekasih Allah
tidakkah kau merasa rugi membuang waktu tersia
lihatlah elok nian tubuh indah itu
rengkuhlah kenikmatan yang merupakan hakmu,
sungguh demi Allah! kemuliaan tetap terjaga
engkau tetap kekasihNya tanpa cela

Ketika Allah menjadi tidak penting buatku,
Gemerlap lampu memantulkan cahaya
kehausan atas dahaga tak bertepi
Sekali lagi iblispun berdansa riang diiringi
musik rap, disco diselingi goyang dangdut
penari striptis menjilati peluh tubuhku
berdendang: Wahai, lelaki shalih
yang berzikir tak henti-henti,
lihatlah betapa harta tak penting buatmu,
mengapa tak kau amalkan, ambillah barang sedikit
dari kantung negaramu sebarkan untuk rakyat miskin,
pelacur tua yang tak laku, pesantren reot, atau istrimu
yang berdaster lusuh. teruslah berzikir usah ragu
sebab kenikmatan hanya sesaat

Ketika Allah tidak penting lagi buatku,
kerongkonganku tersekat perih
dadaku sesak sebab dosa
dentangan jam membentur kepala keras
nanar kupandangi wajah orang-orang terkasih
lantas : Iblis terkekeh menertawaiku yang telat bertobat
saat ijrail mencerabut kawan setiaku : ruhku

1 comment:

Eddy Prasetyo said...

Entah Prosa, Puisi atau apapun, yang jelas karya tulisan ini menarik dan sangat bagus...patut untuk dikembangkan lagi dengan terus menulis...menulis dan menulis...bravo untuk sahabat..tetap semangat...salam dari jauh !