Rabu, 17 Juni 2009 | 04:05 WIB
JAKARTA, KOMPAS - Ratusan siswa SMA dari beberapa daerah
didapati memperoleh nilai hasil ujian nasional kosong pada
sejumlah mata pelajaran, seperti Bahasa Indonesia dan
Biologi. Pengumuman kelulusan pun terpaksa ditunda akibat
persoalan yang diduga dipicu kesalahan pemindaian ini.
Kondisi ini salah satunya terjadi di Provinsi Jawa Barat.
Dua siswa asal SMAN 9 Kota Bandung mendapatkan nilai kosong
(tertulis strip) pada pelajaran Bahasa Indonesia. Di dalam
daftar kolektif hasil ujian nasional (DKHUN) yang diterima
pihak sekolah dari Dinas Pendidikan Provinsi Jabar, keduanya
mendapat tulisan ”Tidak Lulus” UN.
Didampingi pengurus Federasi Guru Independen Indonesia(FGII),
Wakil Kepala Sekolah SMAN 9 Kota Bandung Iwan Hermawan hari
Selasa (16/6) mendatangi Kantor Pusat Penilaian Pendidikan
Puspendik) Depdiknas untuk mengklarifikasi hal itu. Upaya
mereka ini tidak ditanggapi. Para guru ini diminta membawa
surat pengantar dari dinas pendidikan setempat untuk bisa
mendapat penjelasan dari Puspendik.
Sebagai guru, ia heran mengapa nilai UN bisa kosong. Padahal,
kedua siswa ini diketahui—dan dibuktikan melalui berita acara
hadir saat UN Bahasa Indonesia yang berlangsung Senin (20/4).
”Baru tahun ini terjadi hal seperti ini, nilai bisa kosong.
Ini adalah dampak buruk pengelolaan pemindaian UN tahun ini,”
ucap Ketua FGII Jabar Ahmad Taufan mencoba mencari penyebab.
Dihubungi terpisah di Bandung, Kepala Dinas Pendidikan(Disdik)
Provinsi Jabar Wahyudin Zarkasyi membenarkan persoalan tidak
munculnya nilai sejumlah mata pelajaran di UN SMA. Berdasar
penelusuran pihaknya, diketahui sedikitnya sekitar 250 siswa
di seluruh Jabar mengalami ini.
Meskipun DKHUN telah dikirim ke sejumlah SMA kemarin, Disdik
Jabar mengimbau sekolah tidak buru-buru mengumumkan kelulusan
siswa. Sebab, saat ini pihaknya tengah melakukan validasi
terhadap nilai UN yang kosong ini. ”Kami telah meminta UPI
(Universitas Pendidikan Indonesia) untuk menyerahkan LJHUN
(lembar jawaban hasil UN) asli. Ini akan kami kirim supaya
di-scanning ulang oleh Puspendik,” ucapnya.
*Kelalaian sistemik*
Siswa yang nilai UN-nya kosong ini diketahui paling banyak
terjadi di SMAN 1 Bogor. ”Sebanyak 140 siswa nilai Biologinya
tidak ada. Yang kami herankan, kok bisa sebanyak itu yang
terjadi?” ucap Otji S Wiharyadi, Kepala Bidang Pendidikan
Menengah Tinggi Disdik Provinsi Jabar.
Ia mengatakan, berbeda dengan tahun lalu, mulai 2009 proses
pemindaian UN SMA dilakukan perguruan tinggi, bukan lagi
oleh Disdik Provinsi.
Koordinator Education Forum Suparman mengatakan, terlepas
dari kemungkinan akibat kesalahan pemindaian, Badan
Standar Nasional Pendidikan dan Puspendik mesti bertanggung
jawab dalam kasus nilai kosong ini.
”Ini sebuah kesalahan fatal. Kelalaian sistemik yang
mengakibatkan siswa tidak lulus. Percuma bicara kecurangan,
tetapi tidak ada antisipasi sehingga kelalaian-kelalaian
teknis macam ini muncul. Siswa yang akhirnya dirugikan,”
ucapnya. (JON)
sumber : reporter milist
1 comment:
Semua orang berburu iptek dan SDM ditingkatkan, perangkat elektronik sudah menjadi bagian dari keseharian hidup... tapi aneh.. Diknas masih bekerja seperti jaman baheula... bagaimana bisa bersaing dengan negara lain? Malu sekali rasanya.. duuhhh...
Post a Comment