Salam juang Mr President
Diiringi gemuruh kilat dan rerintikan air
yang membasahi bumi Jakarta sore ini
kulayangkan sepucuk surat lewat blogku
terserah kalau akhirnya blogku
diblokir karenanya
Mr President,
lidahku yang sedang sariawan
dan gigiku hari ini yang sedang bengkak
buatku tak sesakit nuraniku
buatku tak sesengsara saudaraku
mungkin juga kau
Hari ini saja begitu banyak mataku tertumbuk
kepingan-kepingan rerintihan saudaraku
meski hujan menderas liar membasahi tubuhnya
tetap saja ia berjalan menyusuri keramaian
dengan jiwanya yang mungkin sepi
demi sesuap nasi anaknya, mengemis
entah ia komplotan atau terpaksa
bukan, bukan itu maksudku
tidakkah kau rasakan betapa penderitaan memeluknya erat
Mr Presiden bergegaslah
sebab penderitaan tak butuh retorika juga citra
sebab kelaparan tak butuh janji saat kampanye
Tidakkah kau lihat
betapa mental bangsa ini semakin menukik menuju jurang
semua serba ingin instant
anak-anakku saat menjelang ujian
tak perlu lagi belajar kejar saja bocoran
ibu-ibu mulia kini jadi menggila membunuhi gemintangnya
ayah-ayah kini berjuang memberi nafkah meski merampok
sebab orang-orang kaya juga begundal
sebab aparatur juga maling
Mr. President
si mbok depan sekolah lelah
sebab setiap hari harus antri sejak pagi
sekedar 4 liter minyak tanah
kompor gas raib sudah
digasak oknum karena tak sanggup bayar sepuluh ribu
Mr President bergegaslah
jangan lagi menonton penderitaan rakyat lewat televisi
turunlah tanpa harus bawa kameramen
No comments:
Post a Comment