by kasmadi
Dr Howard Gardner, seorang psikolog dari Universitas Harvard, AS, mengemukakan teorinya bahwa kecerdasan tidak terpatri di tingkat tertentu dan terbatas saat seseorang lahir. "Setiap individu mengembangkan kecerdasan dengan beragam cara yang dikenal dengan multiple intelligences" katanya. Misalnya, Pablo Picaso adalah pelukis jenius sebagai salah satu contoh kecerdasan natural. Sedangkan, Einstein adalah ilmuwan dunia yang memiliki kecerdasan logika dan matematika. Atau Jhon Lennon yang mempunyai kecerdasan musikal. Ketiga orang tersebut sangat cerdas dibidangnya masing-masing.
Tahun 1983, Dr. Howard Gardner menemukan sebuah teori tentang kecerdasan. Ia mengatakan bahwa manusia lebih rumit daripada apa yang dijelaskan dari tes IQ atau tes apapun itu. Ia juga mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Pada tahun 1983 Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi Ganda). Intelegensi ganda meliputi: (1) kecerdasan linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain, yaitu (8) kecerdasan naturalis. ( Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences)
Poin-poin kunci multiple Intelegensia :
- Setiap orang mempunyai 8 kecerdasan atau lebih.
- Pada umumnya orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai.
- Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks, tidak berdiri sendiri-sendiri.
- Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
Pesan yang ingin disampaikan lewat artikel ini adalah menggugah kembali nurani guru kalau mungkin sudah tertidur, bahwa ada banyak kecerdasan yang mungkin belum tergali selain yang delapan tersebut di atas. Oleh karenanya, berdasarkan pengalaman mengajar yang baru seujung kuku ini, adalah sangat naif memvonis seorang siswa dengan "cap bodoh" manakala ia tidak berhasil dengan pelajaran fisika atau matematika misalnya. Stereotip anak bodoh jika tidak bisa matematika atau yang berdsarkan logika bukan saja melanda dunia guru, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Tidak heran jika menjelang penjurusan orang tua dengan gigih memaksa anaknya masuk jurusan IPA, sebagai simbol anak pintar dan santunsedangkan jurusan IPS simbol anak bodoh dan nakal.
Perlu mendapat acungan dua jempol untuk anak-anak yang tegar dicap bodoh tetapi berhasil membuktikan ia sukses. Anak tersebut berhasil menunjukkan kecerdasannya dibidang lain yang sebenarnya tidak kalah penting dalam perjalanan hidupnya ke depan. Sebab yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang bukan dari cap-nya. Sukses seseorang ditetukan dari kemampuan ia mengelola tingkat kecerdasannya yang notebene beragam. Nah, ini yang prlu disadari oleh guru dan orang tua agar tidak lagi menjustifikasi yang pada akhirnya menyudutkan dan mengurangi percaya diri anak.
Kecerdasan Musical yang menjanjikan
Kini dalam era industri kreatif, salah satu kecerdasan yang mendukung perkembangan industri tersebut adalah kecerdasan musical. Kita pasti sangat kenal dengan biolis terkenal sekaliber Idris Sardi, atau Ebiet G.Ade, Rhoma Irama, Ahmad Dhani, atau Melly Guslow yang kreatif dalam karya-karyanya. Bisa jadi mereka tidak secerdas Habibie dalam logika dam matematika. Toh, mereka adalah orang-orang yang berhasil mengeksiskan diri ditengah masyarakat Indonesia.
Anak-anak yang cerdas secara musik mustinya tidak dihambat untuk menggali potensinya. Bahkan bila perlu difasilitasi baik oleh pihak sekolah maupun orang tua. Dari bermusik bisa menyuarakan kebenaran dan perdamaian. Dan dari bermusik pula, bisa jadi membangun peradaban dari sisi budaya. Allah tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia, termasuk kecerdasan musical.
Nah, black in news : kecerdasan musikal anak altilery telah menunjukkan bahwa mereka bisa membawa kebanggaan untuk orang tua dan sekolah. Dalam kancah lomba jingle dare indomie, siswa SMA 74 telah berhasil menjuarai tingkat regional. Pintu gerbang telah dibuka menuju sukses lain, tinggal bagaimana apresiasi masyarakat (guru dan orang tua) serta memanfaatkan peluang yang ada. Blackinnovationawards buat Dita dan kawan-kawan........
No comments:
Post a Comment