Thursday, May 07, 2009

Anakku ADHD dan Disleksia 2

by kasmadi

Salman menurut terapisnya mengalami disleksia. Disleksia dialami Salaman disebabkan karena sulitnya berkonsentrasi sehingga belajarnya menjadi terhambat. Karena hambatan ini Salman menjadi sulit membedakan huruf-huruf atau angka-angka yang mempunyai kemiripan bentuk.

Kini salman terapi di sebuah sekolah dasar yang mengkhususkan diri pada anak-anak yang berkebutuhan khusus. SD PURBAADHIKA terletak di Jl. Karang tengah Raya, Lebak Bulus Jakarta Selatan. Alhamdulillah, Salman mengalami perkembangan yang lumayan sehingga mulai tumbuh kepercayaan diri, mau belajar dengan disiplin yang ketat, meski masih tetap sulit untuk berkonsentrasi.

Lantas mengapa disleksia? Apa makna disleksia? Bagaimana penanganannya jika anak kita menglami disleksia? Berikut sebuah tulisan yang mudah-mudahan dapat membantu orang tua yang baru mengalami atau mencari informasi mengenai disleksia.

Disleksia adalah istilah yang dapat diartikan sempit dan luas. Secara sempit disleksia dipahami sebagai kesulitan membaca secara teknis. Dalam arti luas, disleksia artinya segala bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan membaca, mengeja, menulis, maupun memahami kata-kata.

Gejala yang sering ditemui antara lain sulit mengeja, sulit membedakan huruf b dan d, kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis, sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, dan besok), sulit mengingat urutan, sulit mengikuti instruksi verbal, sulit berkonsentrasi, perhatiannya mudah teralih, sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan, seringkali mengalami kesulitna berhitung terutama bila disampaikan dalam bentuk cerita, tulisannya sulit dibaca, dan kurang percaya diri.

Menangani anak disleksia

Anak disleksia bisa belajar di sekolah biasa ataupun sekolah khusus tergantung dari efek disleksia tersebut. Bila anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai “cukup” dan perkembangan sosial emosinya tidak terganggu, anakmasih mungkin belajar di sekolah biasa. Tetapi jika disleksia amat mengganggu prestasi belajar, bahkan sampai tidak naik kelas, sebaiknya disekolahkan di tempat khusus agar ditangani lebih terfokus.Di rumah Anda pun bisa melatih meningkatkan kekuarangannya.

Membaca

Menangani anak disleksia yang memiliki kesulitan membaca teknis (sering terbalik-balik –ibu menjadi ubi-, bingung dengan huruf yang bentuknya mirip, kehilangan jejak saat membaca), bisa diatasi dengan cara:

  1. Memulai dari hal yang sudah dikuasai anak. Misalnya mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata yang terdiri dari dua suku kata, dan seterusnya.
  2. Metode dikte. Guru atau orang tuamendiktekan kata atau kalimat, lalu anak menuliskannya. Hal ini juga bisa dilakukan terbalik yaitu anak yang mendiktekan kemudian ditulis oleh orang lain, lalu ia diminta membacakannya kembali.
  3. Membaca wacana dan menjawab pertanyaan tentang wacana tersebut. Sumbernya bisa berupa buku cerita bergambar, cerita tanpa gambar, atau membaca bersama dan perlahan-lahan anak dibiarkan mendominasi bacaan.
  4. Membedakan b dan d dengan bantuan ibu jari kiri dan kanan.
  5. Membuat huruf dengan lilin.
  6. Banyak diberikan tugas yang melatih rangsang visualnya.
  7. Saat di kelas, anak disleksia diberi giliran membaca paling akhir agar bisa mendengarkan teman-temannya terlebih dahulu.
  8. Usahakan saat ujian, tulisan untuk anak disleksia diperbesar.
  9. Guru membantu anak disleksia untuk membaca soal saat ujian yang dikurangi secara bertahap sesuai kemampuan anak.
  10. Pengurangan jumlah soal ujian.

Anak disleksia juga dapat memiliki kesulitan memahami bacaan, biasanya karena ia mengalami gangguan berpikir konsep. Bisa juga ia kurang memahami kata demi kata dalam bacaan tersebut. Apa yang bisa dilakukan?

  1. Memberikan bantuan gambar pada saat menjelaskan sebuah konsep
  2. Pemetaan pikiran (mind mapping) agar anak bisa memperoleh gambaran umum tentang suatu konsep sebelum mulai belajar.
  3. Sebelum membaca sebuah cerita, dengan melihat judulnya biasakan anak untuk bertanya apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana.
  4. Menjelaskan langsung. Bila anak mengalami suatu kejadian, misalnya berkelahi dengan teman, jelaskan secara langsung sebab akibatnya.

Menulis

Beberapa anak disleksi memiliki tulisan yang jelek karena kontrol motoriknya kurang baik. Strategi yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Latihan menulis halus, berupa pola atAupun kalimat. Latihan bisa dilakukan sebagai hukuman atau saat anak sedang santai.
  2. Menghubungkan titik dengan titik untuk melatih kemampuan motorik halusnya.
  3. Menggunakan pencil grip
  4. Menggunakan pensil yang tebal (misalnya pensil 2B) pada anak yang tekanannya terlalu lemah dan pensil yang tipis (pensil H) pada anak yang tekanan pada kertasnya terlalu kuat.

Memahami urutan

Sebagian anak disleksia sulit mengingat urutan hari dalam satu minggu atau bulan dalam satu tahun. Mereka juga sulit mengingat deretan angka. Apa yang bisa dilakukan?

  1. Mintalah ia menceritakan kembali secara runtut sebuah cerita yang baru saja diterangkan padanya atau film pendek yang baru ditontonnya, atau kejadian yang baru dialaminya.
  2. Lakukan permainan yang melatih memampuannya mengurutkan, misalnya menyusun angka, kalimat, dan sebagainya.

Memahami orientasi

Anak disleksia juga sering kali ragu tentang orientasi ruang seperti kanan-kiri, depan-belakang, ataupun atas-bawah. Bahkan ada yang tidak mengerti waktu atau tempat di mana mereka berada. Bagaimana meningkatkan kemampuan orientasinya?

  1. Permainan baris berbaris
  2. Bila anak benar-benar bingung mana kanan dan kiri, berilah tanda seperti gelang pada salah satu tangannya.
  3. ngatkan ia setiap hari tentang tanggal ataupun hari saat ini.
  4. Lakukan permainan yang melatih kemampuan orientasinya, misalnya “Pegang telinga kiri dengan tangan kananmu!”

Memahami angka

Ada pula anak disleksia yang sulit memahami matematika, biasanya karena kurangnya kemampuan bahasa, mengurutkan, dan memahami simbol. Terkadang, mereka juga sulit menghitung mundur dan salah menempatkan angka. Gunakan kertas berpetak untuk melakukan penjumlahan atau pengurangan, dan permudah lambang-lambang yang sulit misalnya simbol <> dilambangkan seperti mulut buaya, katakan mulut buaya selalu menghadap ke angka yang lebih besar.

sumber tulisan : www.anakku.net





1 comment:

Marinki said...

Selamat malam.
Nice posting! Kebetulan saya sedang mempelajari masalah tentang anak berkebutuhan khusus salah satunya adalah disleksia. Dilihat dari uraian tulisan di atas, anak laki-laki saya pun pernah mengalami hal seperti itu, tapi saya meminta bantuan seorang therapist, dan sekarang anak saya sudah berusia 11 tahun, makin hari makin baik. Alhamdulillah. Saya tidak pernah membawa anak saya ke psikolog karena disleksia di keluarga saya hampir semua seperti itu hanya saja spektrumnya berbeda, ada yang murni disleksia, tapi ada juga yang spektrum rendah.
Ditunggu kalau ada tips nya lagi. Terima kasih.